sebuah cerita dari Negeri Bawah Tanah....
ketika wabah kemiskinan melanda...
Agete Dhipi Arr Ogan : " Jadi, bagaimana? Anggaran 25 miliar cukup untuk perbaikan fasilitas kita?"
Agete Dhipi Arr Kapete: " 25 M? Hanya 25 M? Apa itu cukup? Saya kira kita harus menambahkan 5 M lagi untuk biaya tak terduga. Kita habiskan saja anggran tahun lalu. Toh ini untuk kepentingan dan kebaikan kita bersama."
Agete Budi Mulia: "Tapi...apa tidak sebaiknya kita pikirkan ulang. Apakah harus sebanyak itu? Saya kira dana 30 M hanya untuk renovasi terlalu berlebihan, sebaiknya kita kaji ulang perincian dana ini."
Agete Dhipi Arr Ogan: " Saya kira dana ini sudah pas, sesuai dengan pertimbangan-pertimbangan kita kemarin. Memang sudah layak dan sepantasnya beberapa bagian gedung ini direnovasi, terutama ruang rapat besar Gedung Nisan 1, dan itu membutuhkan dana yang cukup besar, 20 M saja belum tentu pas."
Agete Budi Mulia: " Saya tidak setuju. Perlu adanya pengkajian ulang mengenai dana ini. Ini tidak main-main, dana yang sangat fantastis. Sementara permasalahan yang lebih urgent juga sedang melanda negari kita. Rakyat kita terserang wabah miskin. Dan mereka membutuhkan kita untuk sembuh. Ingat sumpah kita? Kita harus mengutamakan kepentingan rakyat kita."
Agete Dhipi Arr Kapete: " Cukup Saudara Budi Mulia! Bagaimana mungkin orang tak kritis seperti Anda masuk dalam forum ini. Apa kamu tidak sadar kalo kita ini pejabat tinggi, eksklusif. Jika Anda tidak mau lagi membahas ini, silakan Anda keluar."
Agete Budi Mulia: " Saya akan keluar jika permasalahan anggaran ini sudah terselesaikan dengan bijak. Pengkajian ulang harus tetap dilaksanakan. Demi rakyat kita, ini tugas kita untuk menyejahterakan mereka. Dan membebaskan mereka dari wabah kemiskinan."
Agete Dhipi Arr Ogan: " Lalu apa rencana Anda?"
Agete Budi Mulia: " Ada baiknya kita meminimalisir dana, kita merenovasi toilet saja dulu, tidak perlu mewah, yang penting layak pakai. Sedangkan anggaran sisanya, kita alihkan untuk menyembuhkan rakyat dari wabah kemiskinan notabene ini lebih urgent dari kebutuhan ruang rapat baru kita. Saya rasa itu lebih bijak.Lagipula, apa pantas kita, Anda, Anda bermewah ria sementara rakyat menderita di luar sana? Bagaimana jika Anda di posisi mereka"
Agete Dhipi Arr Ogan: " Ini gila, maaf Saudara Budi Mulia, ini gila. (tersenyum licik). Ah Anda ini...isinya kok cuma membandingkan saya dan jelatawan, jelas saya berbeda, kita berbeda, kasta saya lebih tinggi, lebih terhormat. Mikir renovasi gedung, toilet, parkiran saja mumet, masa harus mikir para jelatawan itu. Salah sendiri mereka kere. Seharusnya mereka tahu, saya ini pejabat tinggi, ya harus eksklusif donk. Apa kata dunia kalau fasilitas pejabat negara kita tidak mewah? Kan kalau gedung bagus, mewah dan tertata rapi dengan segala fasilitasnya, kan juga mencerminkan bangsa dan negara ini to? Jadi nggak malu-maluin di mata dunia."
Agete Budi Mulia : "(mengelus dada) Jagad Dewa Bathara...kalau begitu, anggarkan lagi untuk pembelian nisan emas bertahtakan berlian untuk mengubur hati nurani Anda."
No comments:
Post a Comment